Category Archives: Indonesia

Weekend di Tepi Pantai

Oleh Lovina

Duduk dari kiri: Gynnie, Ulfa, saya, Suzy (leadership trainer), Duma, Mapun. Berdiri dari kiri: Rickson, Tevita, Gabriel, Udin, Cucu (translator), Dian, Tommy

Duduk dari kiri: Gynnie, Ulfa, saya, Suzy (leadership trainer), Duma, Mapun. Berdiri dari kiri: Rickson, Tevita, Gabriel, Udin, Cucu (translator), Dian, Tommy

KELAS leadership bersama Suzy Woodhouse diakhiri dengan foto bersama Jumat sore (30 Agustus). Kami berfoto dilatar belakangi gambar apel serta kertas-kertas hasil diskusi selama seminggu.

Di akhir kelas, Suzy menanyakan tiga materi yang paling menarik selama seminggu kelas leadership. Masing-masing peserta diberi kesempatan bicara. Kami belajar banyak hal: mengenal diri sendiri, nilai-nilai dan etika, dilema etika para jurnalis, kekuatan, komunikasi, suara, ketegasan, prinsip persamaan, jaringan serta kepribadian.

Bagaimana menjadi assertive (tegas) adalah pelajaran paling menarik bagi saya. Mengapa? Jawabannya simple. Saya tergolong orang yang tidak tegas. Tak mudah bagi saya untuk berkata ‘tidak’ atau mengungkapkan hal yang tidak saya sukai tanpa membuat orang lain tersinggung. Dan Suzy memberikan formula jitu menjadi orang assertive. That’s grade!

Tes kepribadian Myers-Briggs Typology Index (MBTI) adalah sesi lain yang saya senangi. Menarik bisa tahu kepribadian sendiri lebih dalam dan belajar bekerjasama dengan orang yang berbeda kepribadian dengan kita.

Saya juga menikmati moment ketika kami diajarkan untuk bisa mengenal diri sendiri dengan konsep Johari Window. Sejauh apa saya mengenal diri saya sendiri? Apa kebiasaan buruk yang tidak saya sadari?

Menurut saya, konsep Johari Window akan menarik bila dipadukan dengan konsep De-brief Routine yang diberikan Suzy. Dengan me-list setiap hari apa hal yang baik, hal tidak baik dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna untuk orang banyak.

 

AKHIRNYA bertemu weekend juga. Dengan jadwal yang padat selama seminggu, tentu weekend adalah saat yang dinantikan. Bisa bangun lebih siang. Bisa santai dan melakukan hal-hal yang disenangi. Dan bisa jalan-jalan tentunya, mengeksplore Melbourne lebih jauh.

Setiap peserta punya rencana weekend masing-masing. Dan saya memilih menghabiskan akhir pekan dengan pergi ke pantai.

Mengapa pantai? Pertama karena saya jarang menikmati suasana pantai. Di Pekanbaru, tempat saya tinggal, tidak ada pantai. Alasan kedua karena pantai cukup jauh dari tempat kami menginap. Prinsip saya, semakin jauh saya menghabiskan akhir pekan akan semakin menarik. Kapan lagi bisa eksplore Melbourne lebih jauh. Semakin jauh saya pergi akan semakin banyak yang bisa saya lihat. Bukan begitu?

Saya pergi ke dua pantai di Melbourne. Sabtu ke St. Kilda Beach dan Minggu ke Brighton Beach. Perjalanan ke pantai ditempuh dengan naik tram menggunakan Myki Card.

Tram adalah salah satu alat transportasi di Melbourne. Untuk bisa bepergian menggunakan tram, kita harus punya Myki Card. Kartu ini bisa dibeli di setiap stasiun kereta atau toko seperti 7 Eleven. Kalau bepergian tidak pakai Myki, kita bisa didenda hingga 200 dollar Australia. Wow! Untungnya APJC sudah menyediakan fasilitas Myki Card untuk setiap peserta, jadi kami tinggal pakai saja untuk pergi kemana pun kami mau.

tram  Myki travel card scanners.

Myki Card bentuknya seperti kartu ATM, berwarna hijau muda. Harganya 6 dollar Australia untuk full fare dan 3 dollar Australia untuk anak-anak umur 4-16 tahun. Itu hanya harga kartunya saja, untuk bisa menggunakannya, kita harus top up alias isi ulang kartu tersebut.

Seharian naik tram, kereta api atau bus di dalam kota, kita akan menghabiskan sekitar 7 dollar Australia. Myki Card tidak hanya untuk tram, ia juga berlaku kalau kita bepergian naik bus atau kereta api. Cara pakainya sederhana, kita tinggal touch atau menempelkan kartu ke mesin Myki saat kita naik dan turun dari bus, tram atau kereta api.

Pelajaran paling berharga yang saya dapatkan dari sistem transportasi di Melbourne ini adalah kejujuran. Ya, pemerintahnya mendidik rakyatnya untuk jujur. Tak ada yang memantau apakah kita sudah touch Myki atau belum saat naik atau turun dari bus, tram maupun kereta api. Kalau kita mau nakal, tidak touch Myki juga tidak apa-apa. Namun karena warganya sudah tertib, saya jadi malu sendiri kalau tidak touch Myki saat naik atau turun. Toh gratis juga kan? Karena biaya kartu dan top-up nya sudah ditanggung APJC.

Bisa nggak ya Indonesia pakai sistem transportasi begini? Nggak yakin deh! Bakal rugi besar pemerintahnya, ha ha ha…

Saya pergi ke St. Kilda Beach bersama Tommy Apriando (Indonesia), Duma Tato Sanda (Indonesia) dan Mapun Pidian (Papua New Guinea). Kami menunggu sunset untuk berfoto bersama.

img_3490   img_3532

St. Kilda Beach merupakan pantai terdekat dari kota Melbourne. Letaknya sekitar 6 kilo meter dari pusat kota. Kalau dari hotel Quest Carlton on Finlay tempat kami menginap, jaraknya sekitar 10 kilo meter. Butuh waktu 30 menit perjalanan pakai tram.

St. Kilda Beach terkenal dengan pantai berpasir yang cantik, deretan pohon palem, langit biru yang luas, sunset yang indah, serta taman, restoran dan kafe yang elok. Banyak festival dan tempat menarik yang juga bisa dikunjungi, seperti Luna Park, Acland Street dan Fritzoy. Kalian bisa tahu lebih banyak tentang St. Kilda dengan mengunjungi websitenya.

Saya, Tommy, Duma dan Mapun menghabiskan waktu sekitar 2 jam di St. Kilda Beach. Ambil gambar sunset adalah moment paling menyenangkan. Sayang tak bisa melihat pinguin kecil di St. Kilda Breakwater karena tempatnya sedang ditutup.

dscn0265

St. Kilda Breakwater adalah tempat kita bisa melihat pingun kecil dan Rakali. Ia juga memiliki sekitar 22 ribu ton batu karang. Hampir 1000 pinguin hidup di sana.

Esok harinya, saya mengeksplore Brighton Beach di kota Bayside, sekitar 11 kilo meter dari kota Melbourne. Kali ini kami pergi bertujuh. Saya, Tommy, Duma, Mapun, Tevita Vuibau (Fiji), Gabriel Bego (Papua New Guinea) dan Gynnie Kero (Papua New Guinea).

Sama seperti St. Kilda Beach, kami menggunakan tram untuk pergi ke Brighton Beach. Bedanya, untuk bisa sampai ke pantai, kami harus berjalan kaki satu jam! Ide gila memang.

Awalnya kami tidak menyangka kalau harus berjalan kaki sejauh itu. Kami hanya tahu naik tram dari hotel menuju East Brighton. Naik tram 64 selama 1 jam, kami turun di pemberhentian terakhir. Sampai sana, setelah tanya sana-sini, baru tahu kalau mau ke pantai harus jalan kaki satu jam.

Sebenarnya ada bus yang bisa digunakan untuk pergi ke pantai dari kota East Brighton. Namun karena hari itu hari Minggu, busnya tidak beroperasi. Jadilah kami berjalan kaki ke pantai. Kebayang nggak tuh pegelnya nih kaki.

Namun penat seketika hilang ketika saya tiba di pantai. Indah banget pantainya. Rumah warna-warni di pinggir pantai membuat suasana menjadi lebih indah. Cukup ramai orang di pantai hari itu. Ada yang berjemur, foto-foto di depan rumah, maupun sekedar duduk-duduk di pinggir pantai menikmati sinar matahari.

img_3538 img_3567  img_3542

Pantainya bersih, airnya sejuk dan dingin, banyak kerang juga. Saya bawa pulang 10 buah kulit kerang yang berserakan di sepanjang pasir pantai. Tentu tak ketinggalan berfoto di rumah-rumah pinggir pantai. Setiap rumah diberi nomor dengan cat aneka warna dan rumah ini disewakan. Terbayang bisa punya rumah di pinggir pantai begini. Pasti amat menyenangkan.

Pulangnya kami harus jalan kaki lagi ke tempat pemberhentian tram. Perjalanan yang melelahkan memang, namun menyenangkan. Dua jam berjalan kaki dan dua jam naik tram. Tentu sangat banyak yang bisa dilihat. Pengalaman tak terlupakan. Dan tentu saja weekend yang memuaskan sebelum melajutkan workshop APJC tentang Reporting Mining and Resources bersama Nigel McCarthy.

img_3585

Belajar, Diskusi, dan Kedinginan

“SUDAH lama menunggu? Maaf saya terlambat, karena jalan ditutup tadi ada demo Melbourne Occupy.”

Seorang perempuan muda berkulit putih, menghampiri kami di Tullamarine Airport, Melbourne pada pertengahan Oktober 2011. Kami berempat dari Indonesia: Nugie, Yulan, Made, serta saya baru saja tiba dari Jakarta setelah kurang lebih tujuh jam berada di pesawat. Cuaca dingin menembus pori-pori sweater biru yang aku kenakan. Aku berulang kali menarik nafas, “Aduh dinginnya kota ini. Padahal ini sudah musim semi,” aku berguman dalam hati.

Setelah berbincang sejenak, Putri As, perempuan yang menjemput kami dan merupakan staf Asia Pacific Journalist Centre (APJC) mengajak kami menaiki satu taksi kuning menuju penginapan kami di apartemen Quest di Lygon St. Dari kunci yang diberikan, saya tahu akan satu apartemen dengan Luke Guterres seorang peserta dari Timor Leste. Continue reading

Pelatihan APJC Meningkatkatkan Pengetahuan Wartawan

Peserta Pelatihan APJC 2011 (Photo by : Stefanus Akim)

Bagi aku program yang di selengarakan oleh Asia Pacific Journalism (APJC) tiap tahun bagi negara bagian Asia dan Pacific  sangatlah membantu, karena Negara-negara tersebut termasuk Timor Leste, sebagian besar masyarakat belum tahu apa itu perubahan iklim, termasuk Wartawan.

Kalo di Negara aku Timor Leste banyak Wartawan yang menulis history atau Berita mengenai perubahan iklim, tapi kebayakan kita tulis sesuai dengan pengetahuan kita sendiri, maka itu kadang-kadang membuat Masyarakat bingun dengan informasi yang kita sampaikan.

padahal fungsi seorang wartawan adalah memberi informasi yang akurat dan detail atau tidak membuat masyarakat bingun dengan apa kita sampaikan. maka itu aku kira dengan program yang di selengarakan loleh APJC dengan tema Perubahan Iklim itu sangat membantu para Wartawan, (espesial wartawan dari Timor Leste) untuk meninkatkan peliputan atau dalam menjulis sebuah history mengenai perubahan iklim itu sendiri.

Between Nasi Kuning and Black Coal

I sometimes imagine Banjarmasin’s local food whenever I think of my hometown. Nasi Kuning. Soto Banjar. Ketupat and lontong. However, if I were to imagine Banjarmasin as of present, one thing pops at the top of my mind: the damaged environment caused by coal industry.  I found Southern Borneo had been the second largest coal producer in Indonesia; following its close neighbor, Eastern Borneo.

Continue reading

Sidang Dua Minggu Lagi

Catatan sidang ke-13


Sidang Arwin ditunda sampai 23 Nov 2011. Pertama, ahli yang semula Yusril Ihza Mahendra, tak datang.

SEKITAR pukul 10.00—satu jam sebelum sidang dibuka majelis hakim—kursi pengunjung sudah penuh. Sekitar 50 pengunjung duduk tenang di dalam ruang sidang. Tim pengacara pun sudah bersiap. Hanya jaksa Riyono dan Andi Suharlis yang masih santai. Mereka asik bermain handphone. Sesekali berdiskusi sembari tertawa kecil.

Pukul 11.09. “Majelis hakim akan memasuki ruang sidang. Pengunjung dimohon berdiri,” kata Dodi, staf Pengadilan Negeri Pekanbaru. Pengunjung jadi sekitar 80-an orang. Setelah kelima hakim menempati kursi masing-masing, hadirin dipersilakan duduk kembali.

Sidang molor dua jam dari jadwal. “Pak Muefri ada tamu,” kata Dodi menjelaskan keterlambatan sidang. Jumat, 4 November lalu Muefri resmi dilantik menjadi Kepala Pengadilan Negeri Pekanbaru. “Yah makin sibuk,” timpal Dodi.

Muefri, Hakim Ketua langsung minta tim pengacara menghadirkan ahli. “Mohon maaf majelis hakim. Kami tidak dapat menghadirkan ahli Yusril Ihza Mahendra. Ada kendala teknis. Kami tidak akan menghadirkan ahli lagi. Agenda sidang selanjutnya kami serahkan pada majelis,” terang Zulkifli Nasution, ketua tim Penasehat Hukum.

Muefri langsung ambil alih sidang. Ia agendakan pemeriksaan terdakwa Arwin AS. Namun Penuntut Umum keberatan. “Kami kira hari ini hanya pemeriksaan ahli. Jadi kami tidak membawa berkas untuk pemeriksaan terdakwa,” kata Riyono.

Majelis hakim memaklumi. Ketua tim Penutut Umum, M. Roem, pun tak hadir.

“Kalau begitu sidang terpaksa kita tunda,” kata Muefri. Pada saat yang sama, ia umumkan kalau dua anggota majelis hakim, Hendri dan Rahman Saleh, tidak bisa hadir di sidang berikutnya. “Mereka berdua dipanggil untuk ikut diklat ke Mahkamah Agung selama seminggu.” Tak ada hakim pengganti. “Karena itu, minggu depan kita tidak bisa melanjutkan sidang.”

Majelis hakim, tim Penasehat Hukum, Penuntut Umum dan terdakwa sepakat sidang dilanjutkan dua minggu kemudian, 23 November 2011. “Agenda pemeriksaan terdakwa,” kata Muefri menutup sidang. (rct, riaucorruptiontrial.wordpress.com)

Surat Cinta untuk Lingkungan

KAYU. PHOTO By CIFOR

BAGI remaja generasi tahun 1980-an bahkan awal 1990-an berkirim surat mungkin hal biasa. Menulis surat untuk pacar, orangtua, surat izin di sekolah, bahkan untuk artis-artis.

Saya jadi ingat saat sekolah di Nyarumkop, Singkawang dan tinggal di Asrama yang dikelola para biarawan kapusin. Setiap akhir bulan saya akrab berkirim surat ke orangtua di kampung. Continue reading

APJC Training On Climate Change

APJC Climate Change

Pada 16 Oktober 2011, saya bersama tiga teman wartawan Indonesia

‘Forest Destruction, Climate Crime, Moratorium Now by Greenpeace Esperanza

berangkat ke Melbourne, Australia untuk menghadiri undangan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Asia Pasific Jurnalism Centre “Climate Change” selama enam minggu.

Ketiga teman saya adalah Anugerah Perkasa (Bisnis Indonesia), Stefanus Akim (Borneo Tribune), dan Made Ali (Bahana Mahasiswa), serta saya sendiri dari Sinar Harapan.

Pada minggu pertama, kami belajar tentang “Workshop English” yang diampu oleh Catherine Green dan dibantu Budi Setyo sebagai penerjemah ke bahasa Indonesia. Kami belajar Listening, Writing, Speaking, Grammar, Preposition, dan banyak conversation. Kami juga mengunjungi Melbourne Museum yang terletak dua blok dibelakang Ques Appartment, on Lygon St yakni tempat kami menginap hingga 26 November nanti. Continue reading

Insufficient food affecting insecurity

farmer basking in sunset. PHOTO BY HARTANTO

FOOD STOCK is insufficient level and prone to the threat of food insecurity as demands grow.Vice President Boediono said Indonesia is rich in natural resources, but it’s not able to enhance the food productivity to a safe level. Continue reading

CABUT SP3 Mafia Hutan

Total  biaya kerugian Perusakan Lingkungan pada 14 perusahaan di Provinsi Riau hampir Rp 2000 triliun 

PADA  Jumat 25 Agustus 2011, setidaknya 15 orang tergabung dalam KPK atau Koalisi Pemberantasan Korupsi unjuk aksi di depan markas komando Polda Riau. Tiga orang memegang spanduk bertulis; “Tangkap dan Hukum Mati Koruptor Kehutanan dan Cabut SP3 illegal logging.”

KPK gabungan dari aktifis lingkungan hidup, forum pers mahasiswa, mahasiswa pencinta alam, organisasi mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. KPK berdiri tepat hari jadi Provinsi Riau ke-54. Sejak itu KPK membuat Bazar Kasus Riau, isinya kasus-kasus kejahatan besar di Riau; korupsi kehutanan, pelanggaran HAM terkait konflik sumberdaya alam dan agraria di Riau.

Aksi KPK depan Polda Riau

Agun Zulfaira, koordinator aksi meminta Polisi segera merespon rilis Satgas PMH, “Membuka kembali kasus SP3 yang melibatkan Gubernur Riau Rusli Zainal.”

Agun Zulfaira serahkan Tuntutan pada Achda Feri dari Polda Riau.

Tak sampai satu jam orasi, Agun bacakan tuntutan dan menyerahkan pada  Polisi Achda Feri. Achda Feri bilang, Kapolda pergi untuk Sholat Jumat. Massa pun bubar. Continue reading

Kupang (East Nusa Tenggara) Fueled Inflation Rising Ticket Price Air Lines

harisistantoHead of the Central Statistics Agency East Nusa Tenggara / Ir. Poltak Sutrisno Siahaan / said / that the increase in airfare is quite high during the long holiday season in July and / helped give a big share in inflation that occurred in the city Kupang / /
According Poltak / Inflation in the city of Kupang at 0.91 percent / / And rise in air freight rates during the months of July and / make group transportation especially transportation air / contribute substantial, amounting, 6, 52 percent / with a contribution amounting to 0, 9473 percent of July 2011 / /
In addition to the transportation / other expenditure groups are also contributed to inflation during the month of July / health group at 2.12 percent / 1.67 percent of the clothing / food by 0.69 percent / 0.14 percent housing / education 0.10 percent / /
From January to July 2011 / whole kupang city experience inflasi 3.32 percent / /

Whereas if compared to July 2010 / in July 2011 as a whole /  Kupang experienced inflation of 4.71 percent / / /