“SUDAH lama menunggu? Maaf saya terlambat, karena jalan ditutup tadi ada demo Melbourne Occupy.”
Seorang perempuan muda berkulit putih, menghampiri kami di Tullamarine Airport, Melbourne pada pertengahan Oktober 2011. Kami berempat dari Indonesia: Nugie, Yulan, Made, serta saya baru saja tiba dari Jakarta setelah kurang lebih tujuh jam berada di pesawat. Cuaca dingin menembus pori-pori sweater biru yang aku kenakan. Aku berulang kali menarik nafas, “Aduh dinginnya kota ini. Padahal ini sudah musim semi,” aku berguman dalam hati.
Setelah berbincang sejenak, Putri As, perempuan yang menjemput kami dan merupakan staf Asia Pacific Journalist Centre (APJC) mengajak kami menaiki satu taksi kuning menuju penginapan kami di apartemen Quest di Lygon St. Dari kunci yang diberikan, saya tahu akan satu apartemen dengan Luke Guterres seorang peserta dari Timor Leste. Continue reading